Tuesday, June 21, 2011

Go to Tapak Tuan (Aceh Selatan)





Mobil L300 dari Subulusalam menuju Tapak Tuan menempuh waktu kira-kira 3 jam dengan ongkos Rp.30.000. Saya duduk di kursi belakang sopir bersama 2 penumpang wanita dan 1 penumpang pria. Semua kursi terisi penuh bahkan terasa sesak. Meski waktu sudah menjelang sore, tetapi hawa panas masih terasa.Beruntung, angin pantai sangat kencang hingga masuk di dalam mobil yang kami tumpangi,sehingga meskiterasa panas tetapi saya merasa tetap segar pula.

Setelah 1,5 jam perjalanan dari Subulusalam kami tiba di pantai bakongan. Dari situlah sepanjang perjalanan kami melewati pantai. Masya Allah, saya merasa dekat sekali dengan alam. Sebelah kanan terlihat barisan pegunungan, karena mobil kami memang sedang berjalan di pegunungan dan di sisi kiri jalan, kita melewati pinggiran pantai, sangat dekat dengan pantai. Kadang dengan air berjarak hanya satu meter, ingin rasanya saya turun dan bermain-main dengan air pantai...wuih..

30 menit kemudian ketika melihat jalan ke depan, saya dikejutkan oleh gerombolan monyet yang muncul dari rimbun pohon sebelah kanan jalan. Saya sempat menghitung jumlah monyet kecil itu, ada lima ekor. Ternyata,10 meter kemudian muncul kembali gerombolan monyet...untung mobil dalam keadaan tertutup sehingga tidak mungkin monyet tersebut mencoba masuk ke mobil. Tapi sepertinya pemandangan seperti itu menjadi hal yang biasa, karena saya melihat baik sopir maupun penumpang yang lain tidak begitu terkejut dengan kedatangan monyet tersebut. Saya jadi membayangkan seperti berada di kebun binatang safari..he33.

Kira-kira pukul tujuh saya sampai di kota Tapaktuan. Karena tidak mendapatkan kontak kawan perempuan yang bisa disinggahi, maka sayapun menginap di hotel. Saya check in di hotel Panorama, memilih kamar kelas VIP dengan harga satu malam Rp. 135.000. Di kamar itu tersedia kamar mandi dalam, TV dan AC. Lumayan, cukup menikmati untuk melepaskan lelah dan mempersiapkan diri untuk esok harinya.

Sebenarnya ada seorang kawan yang siap membantu saya dalam menyebarkan kuisioner di kota itu, namanya Irwanhar. Tetapi karena dia laki-laki maka tidak memungkinkan ketika kami berburu responden berdua. Esok hari dimulai pukul 8, saya memutuskan untuk menemui para responden sendiri dan saya menolak ketika dia menawarkan diri untuk memonitoring saya dari jauh. Saya tidak mau menyusahkan dan cukup berharap bantuan dia ketika saya memerlukan saja. Irwan memberikan informasi tentang kontak para responden dan alamat perkantoran tempat para responden berada.

Dari satu tempat ke tempat yang lain saya menggunakan jasa becak motor. Becak di Tapak tuan maupun daerah Aceh yang lain sama dengan becak di Medan, menggunakan motor dan terpisah tempat duduknya antara sopir dengan penumpang. Selain itu, becak tersebut memiliki 3 roda. Saya naik becak dari pergi ke dinas kesehatan untuk menemui ketua NU, dinas keuangan untuk menemui ketua Muhammadiyah, menemui ketua MPU di kantornya, menemui anggota dewan di gedung DPR hingga ke pasar menemui salah seorang pedagang kelontong. Sebanyak 6 kali saya menggunakan becak. Tarif becak di Tapaktuan lebih murah daripada di banda Aceh, yaitu hanya Rp. 3000 sedangkan di Banda tariff termurah Rp. 5000. Mie ayam menjadi menu makan siang saya yang saya beli di pasar sambil melakukan wawancara dengan bang Syarul yang merupakan pedagang kelontong di pasar inpres Tapak tuan.

Sebelum melanjutkan perjalanan saya sempat membeli beberapa bungkus manisan pala untuk oleh-oleh. Ada hal yang lucu yang saya alami selama di Tapaktuan. Pertama, ketika menemui seorang tengku yeng merupakan ketua MPU. Beliau sempat menolak untuk mengisi kuisioner karena merasa tidak punya kapasitas. Tapi kemudian karena saya mencoba membujuk dengan berbagai alasan akhirnya beliaupun mau mengisinya, namun saya yang membacakan sekaligus menuliskannya, beliau hanya menjawab saja. Setelah selesai, sebelum saya pamit, beliau sempat menanyakan status dan umur saya. Beliau sempat kaget karena umur saya ternyata sudah banyak namun belum menikah dan menganggap saya agak terlambat menikah. He33. Beliau berpesan agar saya segera menikah..insya Allah.

Hal yang lucu kedua adalah ada dua responden yang menganggap bahwa Syukran itu adalah nama saya...ha..ha. Kenapa bisa begitu? Karena ketika saya SMS, kalimat terakhir yang saya tulis adalah syukran yang artinya terima kasih. Bahkan salah satu responden itu sempat membayangkan bahwa Syukran yang dimaksud adalah tetangganya yang sering melakukan sensus. Menurutnya syukran akan melakukan sensus dengan beliau kembali..hua..ha..ada-ada saja.

Alhamdulillah akhirnya ketika siang hari setelah check out dari hotel dan menemui satu responden, saya dapat melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya yaitu Aceh barat Daya atay ABDYA atau Blang Pidi.Syukran katsiran untuk akh Irwan,pak Indra, bang Syahrul, tengku dan responden yang lainnya.

No comments:

Post a Comment