Monday, May 2, 2011

Ternyata, Makna Cinta dalam Pernikahan itu....





Sebuah nasehat yang berharga dari Bu Nadia yang aku jumpai selama study di IIUM. Masha Allah, membuat aku berpikir dan berpikir.....oh, ternyata cinta dalam pernikahan itu tidak mudah, perlu pengorbanan yang terus berkelanjutan. Merasa bosan adalah fitrah manusia dan ketika perasaan bosan itu hadir, cinta menjadi sebuah ujian, hingga kemudian kita harus selalu ingat akan komitmen akan sebuah pernikahan, dan keridhaan dariNya. Percakapan berikut semoga membekas di hati kita.

Fulan : Aku sudah tidak mencintai istriku lagi.
Kawan Fulan : Pulanglah dan cintailah dia!
Fulan : Kamu tidak mengerti aku, aku sudah tidak punya perasaan itu lagi.
Kawan Fulan : Pulanglah dan cintailah dia!
Fulan : Tetapi secara emosi aku tidak jujur ketika aku memperlakukan istriku seperti itu, padahal aku tidak merasakannya?
Kawan Fulan : Apakah menurutmu ibumu mencintai kamu?
Fulan : Ya tentu saja (mantap)
Kawan Fulan : kira – kira setelah ibumu melahirkanmu dan kamu menangis, menjerit di tengah malam karena popok basah dan dia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih, berjalan di lantai yang dingin tanpa alas kaki untuk mengganti popok dan menyusuimu. Apakah menurutmu dia sungguh – sungguh menikmati semua itu?
Fulan : Tidak (menunduk).
Kawan Fulan : Kalau begitu, apakah itu berarti bahwa ibumu secara emosi juga tidak jujur? Ukuran besarnya cinta seorang ibu kepada anaknya bukan karena dia menikmati popok di tengah malam. Melainkan karena ibumu RELA melakukan itu semua meski dia tidak begitu menyukainya.

Jika berbicara tentang pernikahan, maka ternyata pernikahan itu tidak hanya didasari oleh perasaan cinta semata, lebih dari itu adalah sebuah KOMITMEN. Saat pertama pernikahan, suami menikahi istrinya karena cinta. Tetapi cinta yang menggebu-gebu akan padam seiring dengan berjalannya waktu. Hanya KOMITMEN yang membuat cinta yang menggebu-gebu menjadi CINTA YANG MATANG dan DEWASA.

Lalu, apakah cinta sejati? Cinta yang bersifat ‘turun ke bawah’, yang tidak memikirkan ‘untung-rugi’, cinta yang ‘rela berkorban’ demi seseorang yang dinikahinya. INILAH CINTA YANG HARUS DIUSAHAKAN DALAM PERNIKAHAN.
Ketika seseorang mengungkapkan, ‘aku cinta kamu’, berarti ‘aku memikirkanmu dan biarkan kamu kumiliki’ adalah cinta yang egois karena hanya bergantung pada perasaan seseorang. Padahal perasaan akan dimakan oleh waktu dan bisa saja perasaan ini muncul pada diri orang lain atau pasangan orang lain.

Suasana hati mudah berubah. Kondisi fisik semakin tua dan semakin tidak menarik, maka KOMITMENlah yang akan menyelamatkan pernikahan. Keberanian dalam melakukan sebuah ‘tindakan’ baik dalam keadaan suka maupun tidak suka untuk mengasihi pasangan dalam mempertahankan PERNIKAHAN.

Namun di atas semua itu, yang paling penting sebagai seorang Muslim adalah bahwa pernikahan harus ditujukan untuk meraih KETAQWAAN dan RIDHA ILLAHI. Ibarat berlayar, tempat berlabuh kita adalah pulau TAQWA, bagaimana suami istri itu dapat mencapai pulau TAQWA itu dengan selamat. So, mari kawan cintailah pasangan kita berdasarkan KOMITMEN, RELA BERKORBAN tuk menuju KETAQWAAN dan RIDHA Illahi.
By Yuni Yulia Farikha

3 comments:

  1. Yuni dan kawan2 semua, saya pun dapatkan nasehat itu dari kawan sejati yaitu kawan yang ingin melihat kawan2nya berbahagia dan sukses berumah tangga. semoga Allah SWT membimbing kita untuk Sukses Berkarya dan Berumah Tangga :Amiiin Ya Rabbal Aalmiin

    ReplyDelete
  2. mbak, baru liat background blognya baru...chieee

    ReplyDelete
  3. MasyaAllah... Subhanallah.
    May Allah make it easy for us to get our "quraata 'aini
    visit my blog yuni www.aynarazaly.blogspot.com

    ReplyDelete