IQRA' (QS Al Alaq). Hands on Science to Discover Allah's Sign. One who treads a path in search of knowledge has the path to paradise made easy by Allah (Riyadhus Shaleheen 245). Knowledge is not what is memorized but it is what benefits (Imam Syafi'ie). Knowledge is my companion with me in everywhere (Ali ra)
Saturday, April 30, 2011
Should We Accept Their Purpose?
Pertanyaan ini timbul dari pengalaman pribadi beberapa akhwat. Ditulis sebagai bahan sharing, evaluasi diri sekaligus agar mendapatkan solusi yang terbaik. Memang menjadi sebuah hal yang belum terbantahkan ketika wanita dikatakan sebagai salah satu sumber godaan dan fitnah di dunia ini. Tetapi bukan berarti bahwa, hal itu timbul karena kesalahan wanita semata. Kita sadari bahwa fitnah, godaan, sunatullah menjadi bagian dari ujian manusia selama hidup di dunia.
Realita, penulis merasa bahwa kuliah saat ini melanjutkan S2 di luar negeri ternyata dirasakan lebih besar tantangannya dibandingkan ketika kuliah S1 di dalam negeri . Dari observasi, masalah management waktu, cinta dan financial menjadi problem utama seorang mahasiswa dari zaman kuliah S1 hingga sekarang khususya yang menjalani status sebagai mahasiswa yang belum menikah. Karena waktu antara belajar dan aktifitas yang lain yang tidak tertata rapi, study jadi terbengkelai. Karena financial yang tidak mencukupi, maka kuliah jadi mandeg. Begitupula karena masalah cinta, banyak mahasiswa yang terhambat proses studi mereka. Namun sebagai seorang Muslim yang baik, tentu saja akan selalu berusaha menghindari problem tersebut dengan selalu cerdas dalam membuat skala prioritas / memenej waktu, bekerja keras, menjaga hati dan selalu meminta perlindungan kepada Allah. Tapi menurut penulis mungkin akan lebih baik jika sebelum melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mahasiswa menikah terlebih dahulu. Kenapa? Karena dengan menikah, maka masalah-masalah tersebut kemungkinan akan dapat dihindari atau dapat diminimalisir sehingga kegiatan belajar akan dapat berjalan lebih kondusif.
Kuliah di kampus Islam dan internasional memang memiliki banyak kelebihan. Kita dapat berinteraksi dengan banyak mahasiswa dari berbagai belahan bumi, yang kebanyakan berasal dari negara-negara Muslim di dunia. Kita juga akan mendapatkan informasi yang lebih luas tentang budaya, maupun up grade informasi terkait dengan situasi yang terjadi di negara-negara Muslim. Dan yang lebih penting adalah terjalinnya tali persaudaraan antara Muslim yang berasal dari Negara-negara yang berbeda (ukhuwah islamiyah) serta memiliki misi yang sama yaitu membawa kemanfaatan untuk menyelesaikan permasalahan umat Islam di dunia.
Selama menuntut ilmu, mahasiswa dituntut untuk aktif dan banyak mengadakan kegiatan diskusi yang terkait dengan tugas kuliah. Alhasil, pertemuan antara laki-laki dan perempuan tidak dapat dihindari. Pemahaman bagaimana menjaga hubungan yang Islami antar lawan jenis menjadi bekal utama dalam berinteraksi. Alhamdulillah kampus juga telah mensetting fasilitas yang terpisah antara ikhwan dan akhwat.
Namun ternyata interaksi tersebut menimbulkan fenomena yang lain. Banyak mahasiswa yang akhirnya menikah ketika kuliah dan mereka berasal dari Negara yang berbeda (cross culture marriage). Banyak diantara mahasiswa di sini yang menikah, antara Malaysia dengan Indonesia, Malaysia dengan Moroko, Turkey dan Bangladesh, Malaysia dengan Bangladesh, Malaysia dengan Nigeria, Singapura dengan India, Indonesia dengan Kenya, Indonesia dan Maldiv dan lain sebagainya, Masha Allah.
Fenomena mengajukan lamaran kepada seorang akhwat, seorang aktifis dakwahpun sering terjadi. Sebagai aktifis dakwah yang selalu berusaha menutup aurat dan menjaga sikap Islami, ternyata tetap memiliki daya tarik bagi lawan jenis. Beberapa akhwat memiliki pengalaman yang sama, dilamar oleh mahasiswa dari Negara lain. Kadang perasaan bersalah itu muncul, kenapa “brother” itu bisa tertarik dengan mereka, apakah karena mereka menggoda?menebarkan pesona? astaghfirullah. Insha Allah, para akhwat tersebut sudah selalu berusaha menjaga sikap mereka sesuai koridor Islami, tidak melakukan kontak dengan lawan jenis kecuali dalam hal yang berkaitan dengan study. Sehingga kadang para akhwat heran, kenapa hal ini bisa terjadi?
Akhirnya, merekapun memiliki keputusan yang sama yaitu menolak lamaran seorang “brother”. Selama proses penolakan, akhwat harus melewati masa-masa sulit. Pada umumnya “brother” tersebut tidak dengan mudah mau menerima penolakan para akhwat yang dilamarnya. Kita tidak boleh menyalahkan para “brother” ketika melamar akhwat. Sebagai laki-laki, mereka memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih. Mereka semua adalah Muslim dan memiliki komitmen untuk menjadi Muslim yang baik. Hanya saja mereka berasal dari Negara yang berbeda. Wallahu’alam, semoga bukan karena perbedaan Negara, warna kulit dan harta semata yang menjadi alasan untuk menolak lamaran yang datang. Tidak dinafikan, banyak waktu, fikiran dan air mata yang ditumpahkan si akhwat ketika berjuang menolak lamaran tersebut. Perasaan yang sama diantara para akhwat, yaitu mereka tidak memberikan ruang untuk “brother”. Meski menolak, tapi sungguh, sebenarnya para akhwat tersebut salut kepada “brother”. Mereka telah meiliki keberanian untuk melamar, memilki kesungguhan untuk menggenapkan din dan menunaikan sunnahnya dengan menikah.
Siapa yang tidak mau menikah? Mungkin tidak ada yang menjawab NO. Semua pasti berharap married as soon as possible. Ketika umur semakin tahun semakin bertambah, perasaan gelisah karena belum menikah kadangkala tidak dapat dihindari muncul menghinggapi. Namun apa boleh buat, kebanyakan akhwat hanya dapat bersikap menunggu, sambil berdoa biar Allah yang menentukan. Yah, menunggu.....menunggu sang pangeran yang tidak pasti kapan akan tiba dan datang melamarnya. Tetapi insha Allah, harapan itu masih ada. Muslimah harus selalu yakin akan janji Allah, bahwa Allah akan menikahkan yang sholih dengan yang sholihah, mukmin dengan mukminah dan sebaliknya. Ditengah ujian, fitnah dan godaan dalam kehidupan yang terus menghadang, semoga para akhwat dapat menjaga keistiqamahan niat mereka, semata-mata menikah di jalan dakwah, agar terus kontributif bagi dakwah. Teriring doa, Ya Rabbi, anugerahkanlah kepada kami suami-suami kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. Aamiin.
by Yuni Yulia Farikha
Labels:
Unique Experiences
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
MasyaAllah sister...thanks 4 sharing. May He give us all the best of His choice
ReplyDelete