Sunday, September 25, 2011

Unpredictable in Batu Pahat Johor



Ketika berangkat ke Malaysia setelah mudik lebaran di kampung, tetangga saya menitipkan oleh-oleh untuk kawannya yang berada di Batu Pohot Johor yang bernama Bu Fadilah. Mau tahu oleh-olehnya apa? 1 kg emping manis mentah, 2 kg apukat, 1 kg gula jawa...lumayan kan?he33. Kalo dilihat dari harganya sebenarnya tidak seberapa, namun mungkin ada nilai tersendiri yang dirasakan oleh si pengirim maupun si penerima bingkisan. Bingkisan yang memiliki berat 4kg itu saya bawa dengan asumsi Bu Fadilah akan mengambil barang tersebut ke kampus saya. Namun sesampai di kampus, ibu tersebut ternyata tidak bersedia mengambil karena sibuk bekerja dan memohon bantuan saya untuk mengantarkannya ke rumah beliau. Amanah memang berat dan harus ditunaikan. Akhirnya saya iyakan untuk mengantarkan barang tersebut ke Batu Pahat Johor lima hari kemudian yaitu pada hari Jumat 16 September. Kebetulan di Malaysia hari itu adalah hari libur nasional memperingati hari jadi Malaysia.

Manusia hanya bisa berencana, Allahlah yang memutuskan. Itulah kalimat yang tepat dituliskan ketika melakukan perjalanan ke Batu Pahat Johor. Saya berencana untuk berangkat dari UIA pukul 7 pagi dan berharap pukul 7 petang sudah kembali lagi ke UIA. Namun apa daya, ketika sampai di Terminal Bersepadu Selatan (TBS) pukul 8.30 pagi, antrean pembelian karcis terlihat sangat panjang. Di terminal tersebut sangat ramai dan banyak orang yang melakukan perjalanan menikmati liburan pada hari itu yang sekaligus libur weekend sabtu-ahad. Apalagi terminal tersebut memang sangat besar dan melayani jalur ke banyak tujuan luar kota seperti Johor, Malaka dan Singapura. Saya dan kawan saya berharap dapat berangkat maksimal pukul9, namun ternyata tiket telah habis terjual dan kami baru bisa berangkat jam12. Harga tiket hanya RM 21 untuk sekali perjalanan.

Pukul 12.05 tengah hari akhirnya Bus AC yang membawa kami ke Batu Pahat Johor berangkat. Bus yang kami tumpangi melewati jalan tol (high way). Di sepanjang jalan hanya terlihat pohon-pohon dan pemandangan yang monoton. Selama perjalanan, kami menikmatinya dengan tidur siang..he33. Pukul4 sore kamipun sampai di kota tersebut. Bu Fadilah beserta suaminya menjemput kami. Sebelum menuju ke rumah beliau, kamipun dibawa ke acara open house kawannya dan silaturahmi ke seorang TKW dari Indonesia yang bekerja di kota tersebut.

Sekitar pukul 6 sore kami sampai di rumah bu Fadilah. Kami tidak berencana untuk menginap karena Sabtu pagi sudah memiliki agenda lain di Kuala Lumpur, sehingga kami membeli tiket bus balik ke Kuala Lumpur untuk keberangkatan pukul 8 malam. Kami manfaatkan waktu 2 jam itu untuk istirahat sebentar dan mandi. Pukul 8 lebih 15 menit bus pun berangkat menuju ke Kuala Lumpur. Lagi, selama perjalanan kami manfaatkan untuk tidur..he33.

Tepat pukul 11 malam kami sampai di terminal TBS, lebih malam dari yang kami prediksi. Sayangnya, komuter dan LRT yang menjadi alat transportasi utama menuju Kuala Lumpur sudah tutup tepat pada jam segitu, sedih sekali...hiks. Alhasil, kamipun bermalam di terminal tersebut. Terpaksa kami berdua tidur dalam posisi duduk. Alhamdulillah, TBS adalah terminal modern, bersih, full AC bahkan serasa di bandara. Banyak orang yang menginap di terminal tersebut karena mereka menunggu keberangkatan. Alhamdulillah kami berdua baik-baik saja selama di terminal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa badan kami terasa sakit karena tidur dalam posisi duduk plus kedinginan.

Pukul 2 dini hari, perut kami terasa lapar, kamipun menuju swalayan yang berada di terminal tersebut untuk membeli mi rebus dalam kup. Pukul 6 pagi setelah sholat subuh, kami bergegas menuju stesen komuter Bandar Tasik Selatan untuk menuju stesen masjid Jamik Kuala Lumpur. Seterusnya menggunakan LRT kami menuju Gombak. Dari situ kamipun naik bis menuju kampus tercinta. Alhamdulillah pukul 7.30 pagi kami telah sampai di UIA dan saya bisa bersegera untuk bersiap-siap mengikuti program selanjutnya pukul 8 pagi...Subhanallah, perjalanan yang membawa pelajaran mahal bagi saya. Semoga tidak sampai bermalam kembali di terminal. Sekali lagi, manusia hanya bisa berencana, Allahlah yang Memutuskan. Syukran Dewisan yang sudah menemani perjalananku..By Yuni Yulia Farikha

No comments:

Post a Comment