IQRA' (QS Al Alaq). Hands on Science to Discover Allah's Sign. One who treads a path in search of knowledge has the path to paradise made easy by Allah (Riyadhus Shaleheen 245). Knowledge is not what is memorized but it is what benefits (Imam Syafi'ie). Knowledge is my companion with me in everywhere (Ali ra)
Tuesday, June 21, 2011
Last Trip in Meulaboh (Aceh Barat) and Return to Banda Aceh
Jika dibandingkan sebelumnya, mobil L300 yang membawa saya menuju Meulaboh merupakan mobil terpelan yang saya tumpangi.Saya duduk di kursi kedua bersama 2 penumpang perempuan yang lain. Perjalanan memakan waktu 3 jam untuk sampai ke kota Meulaboh dengan tariff kendaraan Rp. 30.000. Saya sempat tertidur di dalam mobil. Sebelum Meulaboh, perjalanan saya melewati kabupaten Nagan raya.
Saya sampai di Meulaboh yaitu ditandai ketika berada di jembatan besi. Di situ pula terpampang tulisan Kota Meulaboh Kota Tauhid Tasawuf. Saya juga melewati jalan yang menuju makan Teuku Umar. Pahlawan nasional itu telah lahir dan wafat di kota Meulaboh.Kota Meulaboh terlihat lebih ramai dibandingkan kota-kota sebelumnya. Menurut saya Meulaboh adalah kota teramai kedua setelah Banda Aceh.
Tepat pukul 11.30 siang, saya tiba di depan mini market Pante barat depan SMU I kota Meulaboh yaitu di tempat usaha Bu Didis. Kontak dengan bu Didis saya lakukan satu hari sebelumnya, yang saya dapatkan dari bapak Murdani. Bu Didislah yang mengantarkan saya menuju kantor MPU, rumah ketua Muhammadiyah dan juga menemui anggota dewan di gedung DPRD. Saat itu anggota legislative yang bisa saya temui ada dua orang, keduanya dari fraksi PKS. Sambil mengisi kuisioner, salah satu anggota dewan tersebut yaitu bapak Zainal banyak melakukan diskusi dengan saya tentang dinar dirham. Karena banyak orang yang belum paham, maka menurut beliau perlu untuk dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang system mata uang emas tersebut, masukan yang sangat berharga. Sebelum saya dan bu Didis pulang, pak Zainalpun mempersilakan kami untuk membawa pulang dua kotak makan siang masakan ala Padang yang sudah disediakan..alhamdulillah rezeki, gratis makan siang euy..he33
Tidak terasa waktu sangat cepat berlalu. Karena telah order mobil yang akan membawa saya menuju ke banda Aceh, maka pukul 3 siang, mobil L300 yang dipesan sudah menjemput saya di depan mini market bu Didis. Jazakillah khair bu Didis atas bantuannya. Meski sebentar di kota Meulaboh, tapi saya senang dan mendapatkan kesan tersendiri. Tidak lupa, saya sempatkan membeli beberapa bungkus kopi khas Meulaboh untuk oleh-oleh. Ketika dalam perjalanan pulang,di kota Meulaboh saya sempat melihat masjid jamik berwarna kuning yang terlihat megah dan indah,masjid itu bernama masjid baitul makmun.
Di mobil angkutan, saya duduk di depan sendiri sambil tidak melewatkan untuk menikmati pemandangan. Perjalanan tersebut memakan waktu kira-kira 8 jam dengan ongkos yang saya keluarkan sebesar Rp. 100.000. Jalanan yang kami lewati sangat menantang, benar-benar menantang. Luar biasa kondisi jalan Meulaboh- banda Aceh. Di sepanjang jalan terlihat proses pembuatan rute jalan baru yang sangat sibuk. banyak terlihat alat bert di situ. Pembuatan jalan baru ini dilakukan pasca tsunami karena banyak jalan yang rusak pada masa itu. Kami melewati gunung trah Meulaboh, yaitu mendaki gunung ke gunung dan di bawahnya terlihat laut yang arusnya cukup menantang. Bahkan pembatas jalan banyak yang rusak dan terputus karena longsor.Subhanallah,hal ini bisa kita saksikan di sepanjang jalan Meulaboh-banda Aceh.
Perjalanan ini melewati empat daerah yang dilanda Tsunami yaitu Aceh Jaya-Calang, Meulaboh, Nagan Raya dan Banda Aceh. Terlihat banyak sekali rumah-rumah mungil yang merupakan bangunan baru dengan cat yang menarik yang merupakan rumah bantuan pemerintah untuk para korban Tsunami.
Ketika melewati Calang, terlihat banyak orang lalu lalang dan ramai.Daerah itu dijadikan tempat wisata pantai dan pasar ikan juga ada di sana. Karena pasca Tsunami jembatan putus,dan rakit yang menghubungkan Calang dengan Banda Aceh sudah dipadati banyak kendaraan, maka mobil kami berputar arah dan memutuskan melewati jembatan kartika. Saya sempat bergidik karena melihat segerombolan babi hitam yang melintas di depan mobil yang kami tumpangi saat mobil berada di jalan yang di sekeliling terlihat seperti hutan.
Alhamdulillahi ‘ala kulli hal, akhirnya setelah perjalanan yang mendebarkan namun menyenangkan itu pada pukul 10.30 malam saya sampai kembali di Banda Aceh dengan selamat. Pada esok harinya, rabu 15 Juni 2011 saya kembali ke kampus tercinta, IIUMalaysia.See you again Aceh..insya Allah
Labels:
Travelling
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment