Monday, June 20, 2011

Great Experience in Aceh 1st-15th June 2011, First in Banda Aceh




Tiba di Aceh tepatnya di bandara Iskandar Muda pada tanggal 1 juni menjelang zuhur. Bandara tersebut sangat sederhana,terletak di kawasan persawahan, bangunan yang tidak mewah dan kecil namun telah menyediakan penerbangan skala Asia. Saya telah menghubungi kawan saya, Amna. Selama di banda Aceh saya tinggal di rumah dia. Alhamdulillah setelah pengesahan paspor , begitu tiba di pintu luar bandara,mama kawan saya telah menunggu. Saya langsung dibawa oleh mobil mama Amna menuju sebuah rumah di Preuda Banda Aceh.

Akhirnya saya sampai di Banda Aceh yang merupakan ibukota propinsi Aceh, kota rencong, yang terkenal dengan pahlawan-pahlawan nasionalnya seperti Chut Nyak Dhien, Teuku Umar,Teuku Dik Tiro dan lainnya. Alhamdulillah, salah satu impian saya ketika di bangku kuliah yaitu pesiar keluar jawa sudah terealisasi meski baru di Aceh. Yang tidak kalah pentingnya keberadaan saya di sini adalah membawa misi melakukan penelitian tentang Prospek Implementasi Penerapan System Mata Uang Syariah di Aceh. Selain itu, saya ingin pula membuktikan apa benar provinsi yang terkenal dengan serambi Makah dan menerapkan system syariah ini telah benar-benar syariah? Ya, akan kita lihat nanti....

Hari pertama di banda Aceh, siang hingga menjelang magrib saya di ajak keliling ke banda Aceh. Melihat pantai pusat terjadinya Tsunami, masjid-masjid yang tetap berdiri kokoh ketika tsunami dan juga kawasan perkampungan yang hilang pasca tsunami dan telah direnovasi kembali. Saat ini, kehidupan pasca tsunami di wilayah tersebut dapat dikatakan normal kembali meski masih belum pulih secara sempurna.Harga-harga di Banda Aceh melonjak tinggi pasca Tsunami. Konon, hal ini disebabkan oleh banyaknya orang asing yang masuk selama musibah tersebut, sehingga banyak transaksi ditetapkan dengan menggunakan dollar.

Yang menarik ketika berkeliling di hari pertama adalah pemandangan warga perempuan di banda Aceh yang selalu memakai kerudung. Meski belum menutup secara sempurna tetapi hampir tidak ditemukan perempuan yang tanpa kerudung kecuali wisatawan maupun non muslim. Mereka menutup aurat karena adanya razia yang dilakukan oleh polisi syariah di hampir setiap hari khususnya di daerah-daerah keramaian di Banda Aceh. Dibandingkan kota yang lain, kepatuhan perempuan menggunaan kerudung yang terlihat paling tertib ada di kota ini, Banda Aceh. Oia, tidak ketinggalan, ketika malam pertama di Banda Aceh, saya berburu makanan kesukaan saya, bakso,,,nyam..nyam..

Hari-hari selanjutnya saya disibukkan dengan aktifitas penelitian.Dalam waktu 15 hari saya harus mencari responden di seluruh Aceh, dari Banda Aceh ke Lhoksumawe, Aceh Utara menuju Aceh Timur, ke Langsa dan Tamiang yang merupakan daerah perbatasan antara Aceh dengan Sumatera Utara, kemudian menuju Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya dan diakhiri dengan Aceh barat/ Meulaboh. Yang menjadi objek penelitian adalah 200 orang yang terdiri dari kalangan ilmuwan seperti dosen dan politisi,ulama, pebisnis dan juga masyarakat umum. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuisioner yang terdiri dari 9 halaman berisi tentang potensi responden, preferensi dan persepsi serta masukan tentang implementasi penerapan system mata uang emas di Aceh.

Selama di banda Aceh, saya melakukan silaturahmi dengan ketua ormas Islam yang ada di sana seperti Muhammadiyah, NU, DDI,MPU, anggota dewan, dosen, tokoh serta anggota masyarakat. Dengan membawa mobil Avansa silver, saya dan Amna keliling Banda menuju lokasi responden. Terkadang jika mobil tersebut dipakai oleh mama Amna, maka saya berangkat dengan angkutan umum yang disebut labi-labi. Jika dibandingkan dengan penelitian saya ketika S1, penelitian kali ini lebih menantang. Dulu saya melakukan wawancara dengan responden hanya di kantor maupun di rumah mereka yang lokasinya masih dalam 1 kota dapat dijangkau dengan jalan kaki maupun naik angkutan umum dalam waktu yang singkat. Tetapi pada penelitian kali ini, responden tersebar di wilayah yang lebih luas dan kebanyakan dari responden, warung kopi dan cafe menjadi tempat favourite untuk mengisi kuisioner. Tetapi untuk kalangan pebisnis, saya harus turun langsung ke tempat bisnis mereka, dari toko ke toko. Di sisi lain, bagi responden dari kalangan akademisi, saya mendatangi mereka di kampus. Adapun untuk politisi yaitu para anggota dewan, saya menjumpai mereka di tempat kerja di gedung DPR banda Aceh terkadang berkunjung ke rumah dinas mereka. Sungguh pengalaman yang mengesankan ketika dapat berkunjung dengan para responden secara langsung dengan latar belakang yang berbeda. Saya melakukan riset di Banda Aceh selama 6 hari.

No comments:

Post a Comment