Sunday, November 7, 2010

DIPLOMASI TOTAL INDONESIA-MALAYSIA: PERSPEKTIF PEMUDA





Judul di atas merupakan topik seminar internasional yang diadakan oleh Pusat Informasi dan Pelayanan PKS Malaysia di Hotel Plaza pada hari Ahad 7 November 2010. Menurut Ketua PIP Malaysia, DR Sigit, obyektif dari acara tersebut adalah sebagai bagian dari multiple diplomasi yang bisa diperankan oleh pemuda. Diplomasi tidak hanya dilakukan oleh government ke government saja, tetapi saat ini setiap individu khususnya pemuda harus dapat memainkan peran diplomasi. Dengan dimoderatori oleh DR Syarif, seminar tersebut menghadirkan keynote speaker dari Minister Counselor Bidang Politik KBRI yaitu bapak Djoko Harjono, MA dan lima panelis dari background organisasi yang berbeda. Para panelis tersebut adalah Tuan Fadhail Shaleh dari IKRAM, ustaz Makmur Nasrudin, Lc Ketua WAMY Asia Tenggara dan Asia Timur, Tun Faisal Ismail dari Exco Pergerakan Pemuda UMNO, DR Zuhri dari PAS dan ustaz Agung, Msc dari Badan Hubungan Luar Negeri DPP PKS.

Menurut bapak Djoko, peran diplomasi ini merupakan bagian dari capacity building yang harus dimiliki oleh seorang kader PKS sebagaimana termaktub dalam platform PKS, sehingga PKS memiliki keunggulan dalam berbagai hal. Esensi dari diplomasi adalah sebuah metode atau cara mengelola hubungan. Dalam era globalisasi ini, dengan semakin canggih dan pesatnya arus teknologi, menjadi sebuah tantangan untuk membina hubungan yang baik antara negara, baik bilateral, regional maupun multilateral. Diharapkan setiap warga negara dapat melakukan diplomasi total yaitu dengan menjaga hubungan yang baik khususnya antara Indonesia dan Malaysia. Karena bagaimanapun juga, Indonesia dan Malaysia merupakan serumpun, dan sejarah telah membuktikan bahwa antara keduanya memiliki hubungan yang erat. Apabila ada permasalahan yang sempat memanas beberapa waktu yang lalu antara Malaysia-Indonesia, sebenarnya hal tersebut dipicu oleh pihak tertentu untuk kepentingan pribadi.

Semua panelis sepakat untuk tidak mengkhawatirkan hubungan antara Malaysia-Indonesia. Menurut ustaz Makmur, pemicu ketegangan antar negara tersebut adalah ghazwul fikri yang dimunculkan oleh pihak-pihak yang tidak suka adanya hubungan harmonis antara Indonesia-Malaysia. Sebagaimana dituturkan oleh Tun Faisal bahwa sebenarnya Indonesia dan Malaysia telah diikat oleh keturunan, budaya dan agama yang sama dan hal yang esensial adalah komunikasi yang bermanfaat. Pemuda dalam hal ini memerankan peran komunikasi yang sangat penting, harus memiliki kekuatan untuk melakukan hubungan baik dan jangan mudah dimanfaatkan dan digerakkan oleh kalangan tua untuk tujuan yang negatif.

Bahkan dalam perspektif DR Zuhri, hubungan Indonesia dengan Malaysia adalah hubungan yang istimewa yang diikat oleh konsep ummah, ummah wahidah. Hingga tidak heran apabila dahulu DR Burhanudin Al Hilmi mengidekan tentang Putra Melayu Raya yaitu mengupayakan untuk menyatukan Indonesia-Malaysia. Menurut beliau, sangat besar kemungkinan bahwa hubungan Indonesia dan Malaysia menjadi hubungan yang dekat seperti Euro Union (EU), yang menggambarkan hubungan dekat melebihi hubungan dengan negara-negara yang lain.

Inti dari diplomasi total adalah membangun hubungan dengan berkomunikasi yang baik antara kedua negara. Ustaz Agung mengibaratkan jalan komunikasi seperti air yang mengalir, yang hendaknya aliran air tersebut dapat dikendalikan. Pemuda memiliki peranan yang strategis dalam melakukan komunikasi. Permasalahan pemuda saat ini adalah merasa tidak percaya diri ketika tampil di skala internasional. Beliau menambahkan bahwa peran strategis yang bisa dilakukan oleh pemuda dalam diplomasi total untuk menjaga hubungan yang baik antar negara dapat dilakukan melalui tiga jembatan. Pertama melalui jembatan budaya, dalam hal ini pemuda dituntut untuk kaya wacana. Kedua melalui jembatan akademik, hal ini bisa dilakukan dengan program pertukaran pelajar. Dan yang ketiga dilakukan dengan melalui jembatan enterpreneurship, mumpung masih muda mulailah untuk berbisnis, melakukan hubungan kerja dengan partner kerja dari negara lain.

Dalam closing remarks seminar, DR Tedi sebagai sekretaris PIP PKS Malaysia memberikan kesimpulan bahwa yang bisa dilakukan selanjutnya setelah seminar diplomasi adalah mensinergikan budaya, saling mempelajari keunggulan antara Negara, multiple technologies, mengembangkan konsep wihdatul ummah yaitu bergerak untuk umat Islam dan semua hal tersebut harus dimulai dari sekarang.

Jika zaman dahulu kita mengenal seorang pemuda yang pemberani, memiliki semangat pengorbanan dan perubahan yang tinggi, dalam umur yang masih belia mereka sudah berperan penting dalam publik seperti M Nasir, Sutan Syahrir dan lainnya, namun bagaimana dengan hari ini? Masih adakah sosok pemuda tersebut? Insha Allah saat ini ada banyak pemuda berkarakter tersebut. Jika dahulu para pemuda tersebut muncul ketika situasi masyarakat yang masih terbelakang sehingga kehadiran mereka terlihat mencolok, saat inipun kita bisa melihat segolongan pemuda yang bersemangat dengan jumlah yang lebih banyak, mereka telah terbukti menorehkan perubahan. Kita masih ingat, pemudalah yang mengawali reformasi di Indonesia 1998, jika bukan karena semangat, keberanian maupun pengorbanan mereka, maka reformasi mungkin tidak akan terjadi. Saat ini, di sini, dan dari sekarang, marilah menjadi pemuda harapan, pemuda yang terus memupuk semangat pengorbanan/wira dan memberikan semakin banyak kontribusi untuk masyarakat. Wallahu’alam.
By Yuni Yulia Farikha

No comments:

Post a Comment